Desa Mangunkerta terletak di wilayah Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki sejarah panjang yang bermula sejak zaman Kerajaan Pajajaran, ketika wilayah tersebut masih berupa hutan belantara yang belum banyak dihuni oleh manusia.
Pada abad ke-18, desa ini mulai dihuni oleh sekelompok pendatang yang berasal dari Tanah Sunda (terutama dari Bandung dan Sumedang) yang tertarik dengan potensi alamnya yang subur dan kaya akan sumber daya. Mereka membuka lahan pertanian dan mulai membangun pemukiman sederhana.
Desa ini pun semakin berkembang dengan adanya aktivitas pertanian, perikanan, dan perdagangan. Nama "Mangunkerta" sendiri berasal dari kata "Manung" yang berarti membangun dan "Kerta" yang berarti kemakmuran, mencerminkan harapan para pendiri desa untuk membangun wilayah yang makmur.
Pada masa penjajahan Belanda, Desa Mangunkerta memainkan peran penting dalam pergerakan perlawanan terhadap penjajah. Banyak tokoh masyarakat dari desa ini yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan, baik melalui jalur diplomasi maupun perlawanan bersenjata.
Beberapa peninggalan sejarah, seperti Benteng Pertahanan Mangunkerta dan Rumah Panglima Desa masih bisa ditemukan hingga kini sebagai bukti perjuangan warga desa dalam merebut kemerdekaan. Desa ini juga menjadi tempat persembunyian dan basis perjuangan para gerilyawan saat melawan penjajah.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Desa Mangunkerta terus berkembang seiring dengan pembangunan nasional. Pada tahun 1950, desa ini resmi diakui sebagai bagian dari Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Dengan adanya berbagai program pembangunan pemerintah, infrastruktur desa semakin maju, termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sekolah dasar pertama didirikan pada tahun 1952, dan pusat kesehatan masyarakat sederhana mulai beroperasi pada tahun 1960.
Dekade 1970-2000 menjadi masa penting dalam pembangunan desa. Pada periode ini, akses jalan utama dibangun menghubungkan desa dengan kota kabupaten, sistem irigasi diperbarui, dan listrik masuk ke desa pada tahun 1985.
Kegiatan pertanian menjadi semakin produktif dengan diperkenalkannya bibit-bibit unggul dan metode bertani yang lebih modern. Selain itu, masyarakat desa mulai mengembangkan kerajinan tradisional seperti anyaman bambu yang kemudian menjadi salah satu produk unggulan desa.
Saat ini, Desa Mangunkerta dikenal sebagai salah satu desa yang tetap menjaga tradisi dan budaya leluhur sambil mengikuti perkembangan zaman. Setiap tahun, masyarakat desa merayakan berbagai upacara adat seperti Seren Taun (syukuran panen) dan Ngaruwat Bumi yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka.
Selain itu, desa ini juga terkenal dengan produk unggulannya seperti kerajinan bambu, hasil pertanian organik, dan kopi khas yang dihasilkan dari potensi lokal. Berbagai produk ini telah dipasarkan hingga ke luar daerah dan menjadi sumber pendapatan penting bagi masyarakat.
Dengan jumlah penduduk sekitar 5.500 jiwa, Desa Mangunkerta terus berusaha untuk menjadi desa yang maju dan mandiri melalui berbagai inovasi dan kerja sama antarwarga serta dengan pemerintah daerah.
"Sejarah Desa Mangunkerta penuh dengan nilai perjuangan dan kebersamaan. Kita harus menghargai warisan leluhur sambil terus melangkah maju membangun desa yang lebih baik untuk generasi mendatang."
— Ira Rismayati S. IP, Kepala Desa Mangunkerta